Bupati Kabupaten Banjarnegara Ke – 4

Mangunyuda Mukti/Mangunyuda II

Setelah Adipati Mangunyuda I wafat, pemerintahan Banjar Petambakan digantikan oleh puteranya yang bergelar Raden Ngabehi Mangunyudo II atau Raden Ngabehi Mangunyudo Sedo Mukti.
Selama kepemimpinannya, terdapat peristiwa Kadipaten dipindahkan ke sebelah Barat Sungai Merawu serta mengubah nama Kadipaten dari Banjar Petambakan menjadi Kadipaten Banjar Watu Lembu (Banjar Selo Lembu). Dengan begitu Raden Ngabehi Mangunyudo II merupakan Adipati Banjar Watu Lembu pertama.
Menurut sumber “Register Sarasilah Keturuan R. Ngabaehi Banyakwide dan Register Catatan Legenda Riwayat Kanjeng Sunan Giri Wasiyat, Kyai Panembahan Giri Pit, Nyai Ageng Sekati” disebutkan bahwa yang menggantikan Mangunyudo I adalah adiknya yaitu Raden Ngabehi Kenthol Kertoyudo yang kemudian bergelar Raden Ngabehi Mangunyudo II. Pada masa Perang Diponegoro, ia lebih dikenal dengan Raden Tumenggung Kertonegoro III atau Mangunyudo Mukti.
Periode Banjar Watu Lembu hanya diperintah 2 masa kepemimpinan yaitu KRT Mangunyudo (1780-1812) dan KRT Kertoyudo.

Sepeninggal KRT Mangunyuda, tampuk kuasa Kabupaten dinobatkan kepada KRT Kertoyudo dengan gelar RNg Mangunyudo II. Lalu dilanjutkan RNg Mangunyudo III yang juga dikenal dengan nama RNg Mangunbroto.
Periode Banjar Watulembu berakhir bersamaan surutnya Perang Diponegoro. Perang Diponegoro (1825-1830) menghasilkan perubahan konstelasi politik di dalam Keraton dan kekuasaan di daerah. Termasuk pengaruhnya di Wilayah Kilen, yakni Karesidenan Banjoemas yang meliputi regentchap Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara.